Inverse Thinking: A unique way to make complex problem-solving easier
Intro
Pekerjaan yang semakin kompleks mendorong saya untuk lebih kreatif dan resisten. Saya harus sadar, semakin banyak variable dalam objek masalah, semakin tinggi kesulitan untuk memecahkan nya. Diperlukan thinking styles yang tidak biasa. Yang saya percaya, semakin unik cara berpikir, semakin besar kemungkinan kita mendapat solusi yang tidak hanya solve the problem into roots, tapi juga produce ide-ide segar.
2. Case
Dari berbagai macam bentuk problem solving yang saya ulik, saya jatuh cinta dengan konsep Inverse Thinking nya Carl Jacobi, seorang matematikawan yang terkenal dengan jargon “Invert, always invert”. Jacoby menggunakan strategi ini untuk menyelesaikan problema aljabar matematika kompleks.
Well, biar lebih paham konsep Inversion Problem, saya beri contoh ringan nya.
Forward Thinking
Misalnya saat ini masalah yang saya hadapi adalah:
‘Bagaimana caranya mempunyai berat badan ideal?’
Ketika statement saya demikian, maka saya akan fokus melakukan semua hal agar berat badan saya ideal, seperti :
Olahraga, makan sehat dan istirahat cukup. (Additive)
Saya sudah menemukan solusi nya, saya sudah tahu harus melakukan apa agar berat badan saya ideal. Namun karena saya terlalu fokus untuk selalu olahraga, makan sehat dan istirahat cukup, saya malah semakin mungkin untuk melakukan blunderisasi haha. Kenapa? Karena sudah merumuskan solusi nya, mindset saya jadi terbatas ke olahraga, makan sehat dan istirahat saja (walaupun ini memang seharusnya dilakukan). Tanpa memikirkan bahwa ada banyak hal-hal buruk diluar sana yang kalo saya tidak “ngeh” harus dihindari, cita-cita saya untuk punya berat badan ideal hanya mimpi. Duh.
Backward Thinking
Lalu, jika saya mencoba ubah problem question nya menjadi :
‘Apa saja hal yang membuat berat badan tidak ideal?’
Dengan pertanyaan seperti itu, mindset saya jadi terbuka ke hal-hal yang saya takutkan. Otomatis saya akan berpikir untuk menghindari hal-hal yang menjadi hambatan dari tujuan saya tadi yaitu:
Makan junkfood, rebahan, begadang. (Substractive)
Berpikir bahwa makan junkfood, rebahan dan begadang akan merusak tujuan saya, maka saya pasang mindset, hal-hal ini tidak boleh dilakukan.
Menghindari hal buruk untuk dilakukan lebih mudah daripada mencari ide brilian untuk dilakukan.
Analogi lain seperti orang akan berlari jauh lebih kencang jika dikejar anjing rabies, daripada lari hanya sekedar ingin lari.
3. Kesimpulan
Inverse Thinking adalah konsep berpikir yang melawan intuisi (counterintuitive). Juga tentang memutarbalikan status quo. Inverse Thinking mungkin tidak selalu bisa menyelesaikan masalah (also not typically your sexy method) tapi sebaliknya, menghindari masalah.
Secara biologi, manusia punya natural instinc akan berbuat apapun untuk survive dari hal-hal yang mereka takuti. Sifat nya memang alami (nature), tapi tetap harus dilatih (nurture).
Peace Out.